Mengenang Masa Kecil
Melihat anak kecil bermain bola, aku jadi teringat dengan
masa kecilku. Aku pun meminta gabung kepada salah satu anak kecil.
"Boleh ikutan gak?" tanyaku.
Sebelumnya aku tak tau nama anak kecil tersebut, tapi
setelah kenalan, ternyata namanya Amir.
"Boleh aja bang," jawab Amir padaku.
Aku pun bergabung dengan mereka, dan ternyata, aku satu tim
dengan Amir. Ia sebagai penyerang yang selalu berbagi dan tidak pernah egois.
Amir dengan Riza pemain yang selalu bekerja sama, saat aku
diberi bola oleh Riza, aku pun mencoba memberanikan diri untuk menggiring si
kulit bundar tersebut. Giringan bola membuat aku kangen dan teringat dengan
masa laluku.
Dulu saat aku masih kecil, usiaku sekitar 9-12 tahun,
waktuku habis dengan bermain bola bersama sahabat-sahabatku. Bahkan, aku pernah
menjadi pemain andalan di timku pada saat itu.
"Bang....Bang...!!!
Mau dibawa kemana?" tanya Riza sambil melihatku salah arah, karena aku
menggiring bola dengan membawa kenanganku di masa kecil.
"Oh iya Za,,, sorry," ujarku sambil mencari
celah untuk memasukkan bola ke arah gawang lawan.
Perjuangan demi perjuangan ku lakukan, namun ternyata,
sosokku yang masa kecilnya disebut Cristiano Ronaldo, sekarang sudah kurang
pandai lagi dalam bermain bola. Berkali-kali aku menggiring bola dan mencoba
menerobos lawan, tapi akhirnya bola yang ku bawa ada di kaki lawan.
Suatu ketika, saat aku berada di daerah lawan, aku mencoba
menendang bola, tapi kaki ku tergelincir, hingga aku terjatuh dan ditertawakan
oleh anak-anak kecil.
"Hahaha......," tawa Rangga, pemain lawan.
"Eh, jangan gitu, nanti kamu juga bakal kejadian,"
potong Amir serasa menyeramahi Rangga.
Aku bangkit kembali, dan aku coba memasukkan bola dengan
tendangan ku ke gawang lawan. Tapi hasilnya nihil, tendangan ku selalu
melenceng. Kalau nggak melenceng, tertangkap oleh kiper lawan.
Hujan gerimis basahi bajuku, tapi hujan bukan membuat ku
untuk berhenti dalam bermain bola, tetapi membuat ku semangat, karena kenangan
di masa kecil ku kembali teringat.
Kondisi hujan membuat ku sulit untuk menendang, karena
lapangannya licin, tetapi tidak mematahkan semangatku. Dasar sifatku pemberani,
aku coba memberanikan diri untuk menendang, tapi akhirnya tendanganku meleset
dan aku kembali terjatuh. Inilah jatuh yang kedua kalinya.
Jatuhku dalam kondisi licin, bukan mematahkan semangatku,
namun membuatku lebih semangat untuk terus bermain, akhirnya dua kali tendangan
jarak jauhku, aku bisa membobol gawang lawan. Kalau kata sahabatku dulu, aku
punya tendangan kolot. Entah aku pun tak tau, apa maksudnya. Mungkin
karena aku mempunyai skill yang baik dalam menendang pada saat itu.
Kembali ke pertandingan, saat Rangga menggiring bola,
akhirnya ia pun tergelincir. Namun bukan ditolong oleh teman-temannya. Rangga
ditertawakan.
"Hahahahaha...... Makanya jangan ngetawain orang
geura," Amir kembali menasehati Rangga.
"Ia ia... Maaf bang," pinta Rangga kepadaku.
Tim lawan kembali
mencoba mengacak-ngacak timku, tapi aku dengan Riza sama-sama membendung
serangan. Saat aku mencoba merebut bola, kakiku kembali tergelincir. Kejadian
yang ketiga inilah membuatku berhenti bermain. Aku istirahat dan melihat mereka
yang sedang bermain.
"Ternyata, kalau mengenang masa lalu, serasa aku ingin
kembali. Aku ingin main bareng lagi bersama teman-temanku. Aku yakin,
teman-temanku pasti rindu dengan masa kecil yang pernah dilalui bersama. Terima
kasih kalian, Riza, Amir, dan lain-lain Karena kalian telah menjadi jembatan
bagiku untuk mengenang masa kecilku. Semoga masa kecil kalian selalu terkenang
hingga dewasa," kataku dalam hati sambil menahan rasa sakit pada bagian
pinggul dan paha.
Minggu, 3 Februari 2019
Tags : Cerita

MHT
Pembelajar
Spread Goodness and Expedience.
- MHT
- Agustus 19, 2000
- Megamendung, Bogor, Jawa Barat
- muhamadhusnitamami@gmail.com
- +62821 2582 6729
Post a Comment