Sepotong Pensil yang Menembus Ruang dan Waktu #55
Ada
pepatah mengatakan bahwa “sepotong pensil mampu menembus ruang dan waktu”.
Artinya adalah dengan menulis kegiatan yang kita lalui akan tersimpan dengan
baik dan akan mudah untuk dilihat, diingat, dan digunakan kembali jika perlu.
Menulis juga mampu mengasah otak kita, karena dengan menulis kita akan terus
berpikir dan berimajinasi sehingga otak kita terus bekerja dan secara tidak
sadar dapat meningkatkan kinerja otak yang selalu diasah melalui kegiatan
menulis.
Sejatinya
setiap orang mampu menulis dan bisa dikatakan sebagai penulis. Bahkan, sejak
menempuh pendidikan SD saja sudah diajarkan kegiatan tulis menulis. Namun,
belum semua orang memanfaatkan kemampuan menulisnya dalam bentuk karya.
Kebanyakan orang hanya sekadar tugas semata atau bahkan formalitas dalam dunia
pendidikan atau pekerjaan. Sebetulnya, dengan menulis bisa mengukir karya-karya
yang akan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Sadar
atau tidak, dalam waktu 24 jam sebetulnya kita sering menulis di smartphone kita,
misalnya chatting dengan orang tua, keluarga, teman, sahabat, atau
bahkan guru. Dari sini sebetulnya kita sudah terbiasa dengan menulis dan mampu
merangkai kata. Buktinya apa? Buktinya apa yang kita tulis dapat tersampaikan
maksud dan tujuannya kepada orang yang kita tujukan. Dari hal ini, kita sudah
bisa menulis, tinggal kita jadikan menulis itu dapat membuahkan karya.
Orang
yang terbiasa menulis akan mudah untuk menuangkan imajinasinya dalam bentuk
rangkaian kata. Sebaliknya, orang yang belum terbiasa membutuhkan waktu untuk
menuangkan imajinasinya dalam sebuah tulisan. Tentunya jika ingin menjadi
penulis harus membiasakan kegiatan tulis menulis agar kemampuan menulisnya
terus meningkat.
Ada
beberapa hal yang dapat memupuk motivasi dalam dalam menulis (Solihin, 2007
dalam Mudrajad Kuncoro, 2009). Pertama, memosisikan bahwa menulis merupakan
bagian dari ibadah. Jika motivasi menulis atau menjadi penulis adalah ibadah,
insya Allah kegiatan menulis tersebut akan berlangsung terus. Dengan
memosisikan kegiatan memosisikan kegiatan menulis sebagai ibadah, ketika
kegiatan menulis tersebut tidak dijalankan, sama artinya dengan tidak beribadah
kepada-Nya. Kedua, menulis adalah bagian dari perjuangan. Perjuangan tidak
selalu identik dengan mengangkat senjata. Menyadari kegiatan menulis sebagai
bagian dari perjuangan akan memberkan tenaga tambahan bagi kita untuk menulis
dan tetap menulis.
Kegiatan
tulis menulis tidak terlepas dari kegiatan membaca. Untuk meningkatkan
kemampuan menulis kita, selain memotivasi diri untuk selalu menulis juga kita
harus suka dengan membaca. Dengan membaca akan menambah wawasan kita sehingga
tulisan yang kita buat dapat berkembang. Ibaratnya, penulis yang tidak suka membaca
hanya akan berada di lingkaran yang sama. Ia akan terus berputar dan tidak
mampu melewati lingkaran tersebut. Sebaliknya, penulis yang gemar membaca ia
mampu melewati batas lingkaran tersebut sehingga orang yang membaca tulisannya
merasa puas dan menganggap bahwa tulisan tersebut berkualitas.
Kesimpulannya
adalah langkah awal untuk menjadi penulis dengan cara membiasakan kegiatan
menulis, memotivasi untuk terus menulis, dan gemar membaca agar menambah
wawasan serta kosakata yang nantinya akan berdampak terhadap tulisan yang
dibuat. Selain itu, masih banyak hal-hal yang harus dipersiapkan dan dimiliki
untuk menjadi penulis.
Rujukan
: Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Tags : Catatan MHT

MHT
Pembelajar
Spread Goodness and Expedience.
- MHT
- Agustus 19, 2000
- Megamendung, Bogor, Jawa Barat
- muhamadhusnitamami@gmail.com
- +62821 2582 6729
Post a Comment